Pernah ngak sih kalian punya temen yang gilanya lebih dari orang-orang yang tiap hari tinggal di rumah sakit jiwa? Kalau aku pernah. Dan bahkan aku sendiri terlibat di dalam kegilaan itu. Kita berlima, dengan empat spesies yang cantik, aku, Shely, Ria dan Lia serta satu lelaki terspesial, Ardie.
Semuanya berawal dari hari pertama kali kuliah, setelah kita ngelewatin banyak kegiatan melelahkan. Mulai dari pendaftaran , tes tertulis, tes wawancara, ospek, dan masih banyak lagi. Awalnya kita ngak pernah ketemu dan ngak kenal sama sekali. Secara kebetulan kita ditempatin dikelas yang sama. Nah dikelas ini semuanya berawal. Sempat terjadi sinis-sinisan saat kita saling menatap. Entah kenapa, mungkin karena kita saling merasa tersaingi.
Semua orang sibuk, ada yang kenalan, mengeluh, bergosip, bahkan selfie. Dan aku termasuk di salah satunya. Seseorang menyindir dengan keras, tapi aku abaikan, mungkin dia sirik. Masuk di mata kuliah kedua, tempat duduk kita berdekatan. Seseorang dari kita mulai berkenalan duluan. Suasana mencair, aku ingat suaranya, dialah yang menyindirku dengan suara keras di mata kuliah pertama tadi. Namanya Ria, dengan badan tinggi berisi dilengkapi rambut yang panjang dan lurus, entah berapa lama dia memanjangkan rambut itu. Kita mengobrol dan aku tidak mengerti bagaimana bisa kita tiba tiba selfie bersama.
Pulang kuliah di hari pertama, aku dan salah seorang dari kita yang sudah menjadi kenalanku sejak SMA pulang bersama. Dia Shely, satu satunya temanku yang selalu mengeluh gendut padahal sudah terlihat kurus, badannya paling seksi, dengan rambut pendek sebahu. Aku berniat untuk tidak pulang kerumah terlebih dahulu. Maklum saat itu jiwa-jiwa SMA kita masih kuat. Muncullah Ria bersama salah satu dari kita. Lia, badannya paling subur, rambut ikal tetapi tak terlihat karena berhijab dengan sifat keibuan. Bagaimana aku bisa tau rambutnya ikal jika dia berhijab? Karna saat awal kuliah dia belum berhijab, rambut ikalnya terlihat sebatas bahu.
Salah satu dari kita mengusulkan untuk kerumah Ria jika belum mau pulang kerumah. Semua setuju. Dirumah Ria kita saling mengakrabkan diri, bertanya lebih ke hal yang bersifat pribadi. Entah kenapa aku bahkan melupakan konflik tentang menyindir dan kurasa kita cocok.
Kuliah hari kedua, kita sudah saling mengakrabkan diri, kita berempat berkumpul bersama di kantin kampus. Tiba-tiba salah satu dari kita muncul. Ya satu-satunya gender berbeda di antara kita, Ardie. Keras kepala, sulit berteman, berjiwa pembangkang tapi bisa bersikap lembut dan terkesan imut saat sedang ada perlunya. Ya dia satu satunya lelaki diantara kami, dan terkadang dialah yang sering bersikap sok manja. Saat itu fakta baru ditemukan. Ternyata Ria, Lia dan Ardie adalah saudara sepupu. Wajar jika mereka terlihat lebih dekat. Dan yang lebih mengejutkan lagi banyak yang mengatakan bahwa aku dan Shely adalah kembar. Karena pada saat itu rambut kami sama-sama pendek sebahu.
Oke, aku rasa cukup untuk flashbacknya. Sampai saat ini kita sering menghabiskan waktu bersama, kekantin, hang out, berenang, ngerjain tugas, nge-trip, ngegosip, ngetawain orang lain, dan banyak hal yang tidak bisa aku jelaskan disini. Kita itu sama, selera humor kita tingkatnya sama, sesuatu hal kecil yang bahkan orang lain tidak mengerti dimana letak kelucuannya tetapi kita bisa, kita tau dimana lucunya. kita bahkan sering tertawa dengan keras disebelah orang yang kita tertawakan. Kita mengeluarkan cerita yang bersifat pribadi dengan suara nyaring, dan akhirnya satu kelas bisa tau bagaimana jalan cerita cinta kita, bahkan tau masalah apa yang kita hadapi dan tau nama pacar kita saat itu siapa, walaupun mereka tidak tau orangnya seperti apa.
Banyak dari mereka yang mengatakan “kok kalian kayak anak SMA sih, yang kemana-mana selalu sama-sama, kayaknya teman kalian cuma itu-itu aja” emangnya salah ya? Emang kalau kuliah ngak boleh gitu temennya kesana sini sama-sama? Sebenarnya ini tergantung dari orangnya, selama kita ngak keberatan buat kayak gini ya ngak masalah, setiap orang kan beda-beda.
Mungkin banyak juga yang bilang kalau keseringan sama-sama jadi ngak punya kepribadian. Itu salah besar, kita punya banyak kesamaan dan kita juga punya sifat unik masing masing yang bisa saling kita terima. Ria itu orangnya ngak pernah mau disalahin dan kita tau itu, jadi kalau udah berdebat sama dia ya mendingan ketawain aja, ujung ujung juga dia ngak jadi marah. Shely orangnya suka sensi, sensi sama orang lain tapi dilampiasin kemana-mana, kalau udah gitu ya mending diam aja, ntar dia juga bisa baik lagi. Kalau Lia orangnya banyak tanya, satu kata aja bisa menimbulkan sekitar 11 atau 12 pertanyaan, ya disabar sabarin aja jawabnya. Ardie itu pilih kasih. Misalnya dia punya permen banyak trus dipamerin tapi yang dikasi dia permen cuma 1 orang, yang 3 lainnya ngak , nampak banget ngak sih?
Itu versi kita, dimana kita udah tau gimana kekurangan masing-masing dan kita bisa nerima itu. Temanan itu kalau kita sama-sama senang berteman dengan mereka, tapi kalau ada salah satu yang nganggu kamu dan itu fatal banget mendingan ngak usah dilanjutin. Cerita kita cukup kita yang ngerasain, bahagia kita berbeda. Mereka yang bisanya cuma ngejudge bisa apa? bisa ngomong doang?
Theodora Dayanti I.R.M
29 Juni 2016
aaahhh memang keren dekk
BalasHapussalam ma shely y http://dumay4.blogspot.com
BalasHapusHaha iya makasih yaa, nanti dibilangin salamnya sama shely 😁
BalasHapus